Selasa, 04 Maret 2014



Kau pernah berkata bahwa hanya aku satu-satunya yang kau suka, yang kau cinta. Kau juga pernah berkata bahwa aku yang sayangi, bukan yang lain, walaupun pada saat itu kau sedang bersama orang lain. Sekarang kau berkata kepada orang lain bahwa kau telah tertipu olehku. Hhh! Aku tidak pernah menipumu! Kau sendiri yang menjebak dirimu setelah itu kau limpahkan semua kesalahanmu itu kepadaku! Kejaaaaaaam! Bukankah sebenarnya kau yang telah menipuku? Kau datang padaku mengatakan semua hal indah tentang kita. Sejak awal bertemu, aku tidak pernah berharap apapun darimu, tanpa bisa kucegah kau beri aku secercah harapan yang selanjutnya menjadi harapan terbesar dalam hidupku bahkan sampai saat ini. Lalu kau wujudkan harapanku itu. Kau genggam erat tanganku seakan tak mau ku pergi. Kau memberikan bahumu saat aku membutuhkan sandaran. Kau hangatkan aku dengan pelukanmu. Kau mengenalkanku pada sebuah ciuman yang membuatku mengerti bahwa cinta dan nafsu bersahabat. Sampai saat itupun terjadi. Cerita cinta yang sempat membahagiakanku, mungkin  juga kau, berakhir. Cerita yang kufikir akan lebih indah, cerita yang membuatku berangan tentang masa depan, dan kau menghancurkannya begitu saja. Tega! Ingatkah apa yang pernah kau janjikan padaku dulu? Kata ‘selamanya’ yang terucap dari mulutmu telah menjadi saksi bisu dan kenangan yang terkubur atas semua janji manismu. Penipuuuu! Haruskah aku melupakan masa-masa saat bersama dirimu? Tidak! Itu terlalu indah untuk dilupakan, namun terlalu pahit untuk dikenang. Tapi apakah seseorang yang sudah sangat mengecewakanku masih perlu kupikirkan? Entahlah, kenyataannya sampai saat ini aku masih memikirkannya. Sebenarnya, jika kau memang  ingin pergi dariku, pergilah! Tak usah kau menambah pahit perpisahan yang sudah bisa ku mengerti dan ku terima, karena berpisah denganmu saja sudah terasa pahit bagiku. Saat ini mungkin aku sangat kecewa bahkan marah padamu. Mengapa kau harus menodai perpisahan kita hanya demi sebuah gengsi yang tak beralasan? Tidakkah kau pikirkan perasaanku? Oh.. mungkin kau mengira aku tidak akan tahu apa yang lakukan diluar sana karena jarak yang membentang diantara kita. Kau salah, setelah lebih dari dua tahun kita berpisah, aku masih sangat peduli dengan semua hal yang kau lakukan. Juga saat kau terbaring tak berdaya disebuah ruangan yang penuh dengan selang yang disambungkan pada tubuhmu, aku tahu dan aku sangat peduli, bukan hanya peduli bahkan aku takut kehilanganmu, meskipun ku tahu kau tak mengetahuinya. Akupun tak mau kau tahu akan kepedulianku terhadapmu, karena itu hanya akan membuatku terkesan ingin mencuri perhatianmu kembali. Tapi, apapun yang kau lakukan, aku tetap akan berterimakasih padamu karena telah pernah mewujudkan harapan terbesar dalam hidupku, juga terimakasih karena kau sempat mengisi hidupku dan menaburkan benih-benih mawar biru dan selalu kau sirami dengan cintamu sehingga tumbuh mekar, wangi, dan indah dalam hatiku. Meskipun sekarang hatiku tandus karena tak pernah lagi kau sirami dengan cintamu, justru malah tersiram air mataku yang  merupakan racun bagi mereka. Satu hal yang ku ingin kau tahu, saat aku bersamamu kau membuatku merasa  sangat berarti. Terimakasih….