Kau pernah
berkata bahwa hanya aku satu-satunya yang kau suka, yang kau cinta. Kau juga
pernah berkata bahwa aku yang sayangi, bukan yang lain, walaupun pada saat itu
kau sedang bersama orang lain. Sekarang kau berkata kepada orang lain bahwa kau
telah tertipu olehku. Hhh! Aku tidak pernah menipumu! Kau sendiri yang menjebak
dirimu setelah itu kau limpahkan semua kesalahanmu itu kepadaku! Kejaaaaaaam!
Bukankah sebenarnya kau yang telah menipuku? Kau datang padaku mengatakan semua
hal indah tentang kita. Sejak awal bertemu, aku tidak pernah berharap apapun
darimu, tanpa bisa kucegah kau beri aku secercah harapan yang selanjutnya
menjadi harapan terbesar dalam hidupku bahkan sampai saat ini. Lalu kau
wujudkan harapanku itu. Kau genggam erat tanganku seakan tak mau ku pergi. Kau
memberikan bahumu saat aku membutuhkan sandaran. Kau hangatkan aku dengan
pelukanmu. Kau mengenalkanku pada sebuah ciuman yang membuatku mengerti bahwa
cinta dan nafsu bersahabat. Sampai saat itupun terjadi. Cerita cinta yang
sempat membahagiakanku, mungkin juga
kau, berakhir. Cerita yang kufikir akan lebih indah, cerita yang membuatku
berangan tentang masa depan, dan kau menghancurkannya begitu saja. Tega!
Ingatkah apa yang pernah kau janjikan padaku dulu? Kata ‘selamanya’ yang terucap
dari mulutmu telah menjadi saksi bisu dan kenangan yang terkubur atas semua
janji manismu. Penipuuuu! Haruskah aku melupakan masa-masa saat bersama dirimu?
Tidak! Itu terlalu indah untuk dilupakan, namun terlalu pahit untuk dikenang.
Tapi apakah seseorang yang sudah sangat mengecewakanku masih perlu kupikirkan?
Entahlah, kenyataannya sampai saat ini aku masih memikirkannya. Sebenarnya,
jika kau memang ingin pergi dariku,
pergilah! Tak usah kau menambah pahit perpisahan yang sudah bisa ku mengerti
dan ku terima, karena berpisah denganmu saja sudah terasa pahit bagiku. Saat
ini mungkin aku sangat kecewa bahkan marah padamu. Mengapa kau harus menodai
perpisahan kita hanya demi sebuah gengsi yang tak beralasan? Tidakkah kau
pikirkan perasaanku? Oh.. mungkin kau mengira aku tidak akan tahu apa yang
lakukan diluar sana karena jarak yang membentang diantara kita. Kau salah,
setelah lebih dari dua tahun kita berpisah, aku masih sangat peduli dengan
semua hal yang kau lakukan. Juga saat kau terbaring tak berdaya disebuah
ruangan yang penuh dengan selang yang disambungkan pada tubuhmu, aku tahu dan
aku sangat peduli, bukan hanya peduli bahkan aku takut kehilanganmu, meskipun
ku tahu kau tak mengetahuinya. Akupun tak mau kau tahu akan kepedulianku
terhadapmu, karena itu hanya akan membuatku terkesan ingin mencuri perhatianmu
kembali. Tapi, apapun yang kau lakukan, aku tetap akan berterimakasih padamu
karena telah pernah mewujudkan harapan terbesar dalam hidupku, juga terimakasih
karena kau sempat mengisi hidupku dan menaburkan benih-benih mawar biru dan
selalu kau sirami dengan cintamu sehingga tumbuh mekar, wangi, dan indah dalam
hatiku. Meskipun sekarang hatiku tandus karena tak pernah lagi kau sirami
dengan cintamu, justru malah tersiram air mataku yang merupakan racun bagi mereka. Satu hal yang ku
ingin kau tahu, saat aku bersamamu kau membuatku merasa sangat berarti. Terimakasih….